Banyuwangi, Jatim.co – Kondisi tempat tinggal terpencil dan keterbatasan sarana kesehatan, membuat seorang perempuan bernama Elis Watin (25 tahun) asal Dusun Sukomade, Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi yang akan melahirkan harus di evakuasi, Sabtu (11/1/2024).
Proses evakuasi untuk dirujuk ke RSUD Genteng pun harus ekstra dan dramatis, sebab untuk keluar dari kampungnya yang berada di tengah hutan dengan kondisi jalan berbatu terjal, maka harus naik kendaraan, dan salah satunya pilhannya yang tersedia adalah truk.
Dan ibu Elis pun harus digotong dengan papan kayu yang diberi alas busa tipis dan selimut tebal, karena itu warga bersama-sama membuat sarana angkut yang bisa dipakai untuk dipindahkan menggunakan truk sampai di sungai Sukomade.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Sampai di Sungai Sukamade kebetulan air tidak terlalu besar, Mbak Elis digotong bareng-bareng oleh warga untuk dinaikkan ke perahu gethek didampingi bidan Puskesmas Sumberagung. Setelah itu menyeberangi sungai yang tidak ada jembatannya,” ujar Kepala Dusun Sukamade, Desa Sarongan, Feri Nafaro.
Lebih lanjut Feri menambahkan, setelah menyeberangi sungai, ibu hamil dengan resiko tinggi ini berganti dibawa menggunakan jeep trooper untuk menuju Puskesmas Sumberagung. Elis sebenarnya melahirkan di rumahnya dengan dibantu bidan Dian dan Pak Edi mantri dari perkebunan.
Bayi lahir sekitar pukul 07.00 dengan berat empat kilogram, namun karena placenta atau ari-ari bayi tertinggal di dalam perut, sehingga harus dilakukan penanganan medis yang lebih intensif. Ibu dan bayi harus dibawa ke fasilitas kesehatah terdekat yakni di Puskesmas Kecamatan Pesanggaran.
Kepala Puskesmas Sumberagung dr Yulius Roni Satrio menyampaikan, sekitar pukul 10.00 sampai di Puskesmas Sumberagung. Dari bantuan tenaga kesehatan (nakes) di Puskesmas Sumberagung, masalah dalam proses persalinan bisa diatasi, ari-ari bayinya bisa dikeluarkan dari dalam perut.
“Terhadap kondisi kandungan Elis Watin, masa persalinan yang diprediksi pada 13 Januari 2025 terus kami lakukan pemantauan. Karena kondisi itu, kami anjurkan pasien untuk segera berpindah ke puskesmas pembantu (pustu) atau rumah bersalin, tetapi pihak keluarga belum bersedia,” jelasnya.
Karena kondisinya terus melemah usai persalinan, tapi masih direkomendasikan dibawa ke RSUD Genteng untuk proses observasi dan pemulihan, oleh petugas Elis Watin langsung dirujuk ke RSUD Genteng.
“Tapi kondisi ibunya sudah pucat setelah proses mengeluarkan ari-ari dalam perutnya karena jarak ya sudah lama dari proses dia melahirkan sampai datang ke puskesmas. Kita putuskan untuk merujuk pasien dan bayi ke RSUD Genteng,” kata Roni.
Roni menyebut kondisi bayi terus membaik setelah dilakukan observasi akibat kadar gulanya rendah saat pertama kali dirujuk ke rumah sakit. Beda halnya dengan sang ibu yang masih harus menjalani perawatan dikarenakan kadar Hb yang rendah. (riz)
Penulis : Rizkie
Editor : Andri Aan