GIRIMU.COM – Sekarang banyak sekolah di Indonesia mulai berubah. Dulu, guru menulis di papan tulis putih, –bahkan jauh sebelumnya malah di papan blabak warna hitam– sekarang diganti layar besar yang bisa disentuh. Buku pelajaran pun pelan-pelan jarang dipakai, karena semua sudah ada di tablet. Di satu sisi memang terlihat lebih canggih. Tapi di sisi lain, muncul pertanyaan: apakah ini benar-benar membawa kemajuan, atau hanya terlihat keren dari luar?
Belakangan ini, banyak sekolah menerima Interactive Flat Panel (IFP) gratis dari pemerintah. Katanya, supaya pembelajaran jadi lebih menarik dan sesuai tuntutan zaman. Layar besar itu bisa menampilkan gambar, video, atau bahan ajar dengan mudah. Anak-anak jadi antusias karena tampilan lebih berwarna. Tapi tidak semua sekolah siap. Ada yang belum punya jaringan internet yang bagus. Ada juga guru yang belum terbiasa memakai alat itu. Jadi, akhirnya hanya digunakan untuk menayangkan video atau gambar saja.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sayang sekali kalau alat sebagus itu akhirnya cuma jadi pajangan. Padahal niat awalnya bagus, supaya anak-anak bisa belajar dengan cara baru. Tapi kalau gurunya belum siap, atau tidak ada pendampingan, hasilnya tidak akan maksimal. Teknologi boleh ada, tapi tetap harus ada manusia yang mengarahkan penggunaannya.
Guru tetap punya peran penting. Biar bagaimanapun, yang paling tahu cara mendidik anak adalah guru, bukan alat,secanggih apa pun. Layar bisa menampilkan banyak hal, tapi tidak bisa memberikan perhatian, tidak bisa memahami perasaan murid.
Pendidikan memang perlu berkembang mengikuti zaman. Tapi jangan sampai hanya ikut tren tanpa makna. Bukan berapa banyak alat yang dipasang di kelas yang penting, tapi seberapa besar manfaatnya bagi anak-anak. Karena pada akhirnya, belajar bukan soal layar dan tombol, tapi tentang bagaimana ilmu bisa benar-benar dipahami dan dirasakan.
Penulis: Abdul Rokhim Ashari, Guru di SD Muhammadiyah 1 Giri (SD Muri) Kebomas, Gresik.
Post Views: 3







